Bijak Menempatkan Dana

Seorang ibu tampak mendatangi sebuah toko perhiasan di pusat perbelanjaan di Jakarta. Sejenak perbincangan kecil terjadi antara si ibu dan penjaga toko sembari tangannya menunjuk deretan perhiasan emas yang terpajang di meja kaca.

Sesekali dahinya berkerut saat sang penjaga toko menyebut harga beli perhiasan yang hendak dia taksir untuk dibawa pulang.

Cukup lama si ibu tadi menimbang-nimbang seuntai kalung panjang lengkap dengan liontin bertahtakan batuan kemilau, sebelum akhirnya dia keluarkan segepok uang lembaran kertas ratusan ribu rupiah.

“Kalau mau investasi di emas, kata orang sekarang saatnya beli emas karena harganya lagi turun. Takut ntar keburu mahal lagi,” ujar si ibu yang enggan menyebut namanya.

Investasi di emas memang tidak pernah lekang oleh zaman. Jika selama ini kalangan investor menganggap investasi bidang properti menempati posisi tertinggi sebagai pilihan berinvestasi, tampaknya posisi ini mulai bergeser.

Demikian pula dengan investasi di instrumen lain seperti saham, reksa dana, obligasi, ataupun surat berharga lain, kondisinya makin kritis di tengah krisis ekonomi dunia saat ini.

Bagaimana dengan investasi mata uang asing? Meski melemahnya rupiah atas dolar memicu orang beramai-ramai borong mata uang tersebut dengan harapan mendapat keuntungan besar, spekulasi harga di pasaran ini masih sangat mengkhawatirkan.

Alih-alih, orang ingin berinvestasi lebih aman, ada pilihan investasi melalui tabungan deposito yang jadi pilihan terakhir orang berinvestasi meski suku bunga yang ditawarkan kurang menggiurkan.

Maka alternatif investasi lain adalah melalui emas yang masih banyak jadi pilihan kaum perempuan. Harga emas yang cenderung terus naik serta bisa dipakai sebagai perhiasan, menjadikan investasi yang satu ini tidak pernah mati.

Namun, harga emas di pasaran belakangan menunjukkan fluktuasi yang tidak menentu. Sejak awal September hingga akhir Oktober saja, harga emas di pasar lokal yang sempat naik kini kembali turun.

Penyebabnya, apalagi jika bukan karena krisis global. Logikanya, saat iklim investasi pasar modal turun, para investor cenderung menjual komoditas mereka untuk menutupi kerugian.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa belakangan harga emas turun. Belum lagi ancaman makin lemahnya rupiah menstimulasi orang untuk terus memilih berinvestasi ke mata uang daripada instrumen lain.

Tunggu kepastian

Menurut pengamat emas Leo Hadi, di tengah ketidakpastian harga emas, kalangan investor lebih memilih menunggu hingga mendapat kepastian harga.

Alasannya masih sama, krisis dunia yang belum usai membuat orang ragu untuk beinvestasi ke logam mulia yang satu ini karena takut nilai jualnya lebih rendah dibandingkan dengan harga beli sesuai pasaran.

Meski demikian, Leo menyarankan investor jangan ragu untuk tetap berinvestasi di emas meski saat ini kondisinya serba tidak stabil. Menurutnya, saat iklim investasi tengah lesu justru harga emas yang akan mengalami penguatan pada periode tertentu.

Namun, semua itu bergantung pada bagaimana kalangan investor menyikapi krisis saat ini. Saat mata uang dolar dianggap memberikan keuntungan yang lebih besar, maka investor yang hanya berorientasi pada keuntungan akan ramai-ramai memborong dolar, bukan ke instrumen investasi lain termasuk emas.

Menurut Leo, kondisi seperti inilah yang tengah terjadi sehingga memicu jumlah transaksi emas di pasaran belakangan mengalami kelesuan.

“Pembelian emas mengalami penurunan 20% hingga 30% dibandingkan dengan sebelum krisis meski nilai transaksinya masih sama karena harganya mahal,” ujar Leo.

Namun, jika suatu saat kondisi mulai stabil, krisis ekonomi dunia bisa diatasi, Leo yakin investasi pada emas akan lebih menjanjikan dibandingkan dengan intrumen lain, baik dalam segi keuntungan maupun keamanan.

“Lihat dari teorinya, kalau keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan posisi 2:1, maka kalau keuntungannya yang lebih banyak tentu itu yang dicari,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Emas dan Perhiasan Indonesia (APEPI) Jeffry Thumewa.

Menurut Jeffry, saat tren investasi di instrumen saham, obligasi, surat utang negara, dan properti mengalami penurunan, kini investor lebih bijak dan memilih emas sebagai investasi.

Namun ada kecenderungan saat harga emas berada di posisi rendah saat ini, justru investor tidak langsung membeli. Mereka cenderung menunggu hingga ada kepastian harga.

Apalagi beberapa bulan ke depan, Jeffry belum bisa memprediksi apakah harga emas akan mengalami penurunan atau justru sebaliknya akan kembali naik.

“Tergantung fund manager, mau mengelola dananya dengan mengambil momen penguatan dolar atau emas,” ujarnya.

Pilihan berinvestasi tentu ada di tangan investor. Namun ada baiknya hal itu dilakukan secara bijak, bukan hanya berdasarkan keuntungan pribadi semata. (wulandari@bisnis.co. id)

Th. D. Wulandari
Bisnis Indonesia

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s