MENYIKAPI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh:
Subur Harahap, SE, Ak, MM, CA, CFP, CMA, CRP, BKP, ACPA
Managing Partner Kantor Konsultan Pajak Subur Harahap & Rekan
Dosen Akuntansi & Keuangan Institut Bisnis Nusantara – Jakarta
Sudah menjadi rahasia umum setiap akhir tahun, para manager keuangan dan akuntansi sebuah perusahaan berusaha memperbaiki penampakan kinerja laporan keuangan dengan cara window dressing atau dalam Bahasa yang lebih umum melakukan make up terhadap laporan keuangan. Window dressing pada dasarnya bukan hal yang haram dilakukan sepanjang dilakukan dalam koridor best practice dan atau mengacu kepada referensi standar akuntansi yang berlaku umum dan regulasi otoritas terkait seperti hukum pajak, hukum pasar modal dan lainya.
Secara umum manager keuangan yang mampu melakukan window dressing dengan terencana adalah sebuah prestasi yang patut dibanggakan, karena harus diingat bahwa salah satu fungsi utama seorang manager keuangan adalah bagaimana meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan salah satunya dapat diperbaiki dengan menyampaikan kinerja keuangan yang positif kepada public, dengan demikian public memberikan apresiasi terhadap perusahaan yang diwujudkan dengan meningkatnya permintaan terhadap saham perusahaan tersebut, pada akhirnya hukum ekonomi bekerja pada saat permintaan meningkat dan supply tetap, harga menjadi naik, itulah kira-kira penjelasan proses meningkatnya nilai kekayaan pemegang saham dari peningkatan harga saham perusahaan yang dimilikinya.
Menjelang bulan maret tahun 2021, ada sesuatu hal yang sangat berbeda secara fundamental dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu adanya keadaan emergency/bencana nasional non-alam akibat adanya pandemic covid-19. Kita harusnya sepakat bahwa tahun 2020 adalah tahun yang sulit untuk dunia usaha, dimana protocol covid-19 yang dijalankan oleh pemerintah telah membuat dunia usaha terpukul, karena semua orang dihimbau untuk tidak bergerak untuk menghindari adanya penularan virus yang semakin masif dan pada akhirnya mengakibatkan produktivitas perusahaan menurun drastis. Sebagai perbandingan, pada saat belum ada pandemic covid-19 misalnya di tahun 2017, 2018 dan 2019, kinerja perusahaan masih sedang-sedang saja, dengan adanya pandemic covid-19 yang dampaknya global, tentu kinerja perusahaan akan terjun bebas akibat kekeringan likuiditas sebagai dampak langsung adanya penurunan penjualan yang signifikan.
Dalam rangka merangsang pertumbuhan ekonomi pada masa pandemic covid-19, pemerintah sebagai otoritas paling tinggi telah banyak mengeluarkan program berupa insentif kepada dunia usaha, misalnya insentif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 karyawan yang penghasilan setahunnya kurang dari Rp200.000.000 juta dibayar oleh pemerintah, dalam progam ini pemberi kerja diminta untuk memberikan pajak penghasilan terutang kepada karyawan yang bersangkutan, insentif ini diharapkan dapat membantu daya beli karyawan tetap stabil sehingga sector ekonomi dapat berjalan dengan baik. Masih banyak program insetif yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat melalui berbagai Kementerian dan Lembaga Pemerintah, pada dasarnya pemberian insetif ini untuk tetap menjaga supaya putaran roda ekonomi tetap berjalan.
Kembali kepada judul, bagaimana pemegang saham dan eksekutif harus menyikapi kinerja keuangan perusahaan di masa pandemic covid-19. Pertama, sebagai pemegang saham anda hendanya menyadari bahwa dampak dari pandemic covid-19 sungguh dahsyat, oleh karena itu jangan kaget kalau kinerja perusahaan tahun 2020 tidak sebagus kinerja tahun 2019, artinya kalau perusahaan anda masih berkinerja positif pada tahun 2020 itu sudah merupakan hadiah yang patut anda syukuri. Kedua, sebagai eksekutif perusahaan dalam kondisi terpuruk anda harus dapat memikirkan strategi yang harus diimplementasikan dalam rangka mempertahankan likuiditas perusahaan. Kenapa likuiditas yang terlebih dahulu diperhatikan adalah karena likuiditas merupakan energy untuk perusahaan dalam melakukan proses bisnis, dengan kata lain tanpa adanya likuiditas perusahaan tidak akan bisa menjalankan aktivitas bisnisnya. Pada saat semua pemegang saham dan direksi sepakat bahwa likuiditas perusahaan harus dipertahankan pada posisi yang positif dan stabil, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara mempertahankan likuiditas tetap positif dan stabil. Menjawab pertanyaan ini bukan masalah yang mudah oleh karena itu dibutuhkan konsentrasi dan pemikiran yang out of the box, mengingat semua perusahaan akan melakukan hal yang sama. Dalam perspektif manajemen keuangan, untuk mempertahankan likuiditas yang pertama dilakukan adalah mensinergikan antara cash inflow dan cash out flow, bilamana kedua poin ini bisa disinergikan dengan baik, maka perusahaan akan tetap bisa konsisten memberikan layanan kepada pelanggan dan tetap bisa menjaga hubungan baik dengan supplier.
Cash inflow mudah dikatan tetapi sangat susah untuk diwujudkan, mengingat cash inflow berhubungan dengan keputusan dari pelanggan, artinya pada saat pelanggan melakukan pembayaran dengan baik maka cash inflow perusahaan akan terjamin. Oleh karena itu, dalam pengelolaan cash inflow dalam sebuah perusahaan, harus ada koordinasi yang baik minimal antara manager pemasaran, manajer produksi dan manajer keuangan. Masing-masing manajer ini akan mengungkapkan strategi sektornya masing-masing, misalnya manajer pemasaran akan mencari pelanggan baru untuk menjamin adanya permintaan yang stabil terhadap barang dan jasa perusahaan, oleh karena itu manajer pemasaran akan mempelajari perubahan pola belanja pelanggan sehubungan dengan adanya pandemic covid-19 dan mencari tahu dengan detail perihal daya beli prospek pelanggan, dengan demikian perusahaan memiliki informasi yang lengkap pada saat memperkenalkan program pemasaran yang paling efektif.
Selanjutnya manager produksi harus dapat melakukan proses produksi yang efisien dan efektif, sehingga sumber daya yang digunakan untuk menjalankan proses produksi berada pada level yang tepat. Koordinasi antara manager pemasaran dan produksi perlu disinkronkan untuk memastikan bahwa spesifikasi barang dan jasa yang diminta pelanggan sudah sesuai dengan persepsi dari bagian produksi, dengan demikian bagian produksi akan membuat barang dan jasa sesuai spesifikasi yang diinginkan. Oleh karena itu tidak akan terdapat penambahan fitur yang idle yang tidak dibutuhkan oleh pelanggan yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pokok produksi.
Manager produksi adalah manager pengguna anggaran terbesar dari sebuah perusahaan, karena bagian produksi akan melakukan belanja bahan baku dan biaya tenaga kerja, oleh karena itu untuk menjamin adanya cash out flow yang baik, hendaknya manager produksi memiliki perencanaan yang baik dalam rangka menjamin tersedianya bahan baku pada saat dibutuhkan dan barang jadi dipastikan tidak boleh berlebihan jumlahnya di gudang barang jadi, singkatnya manajer produksi harus melakukan Just in Time Inventory. Untuk bisa menerapkan program Just in Time dengan efektif, harus ada sinkronisasi antara pemasok dengan proses produksi perusahaan, oleh karena itu proses pemilihan supplier yang berkualitas dan kosnisten menjadi kata kunci dalam manajemen supply chain management.
Manager keuangan sebagai komandan lapangan pengelolaan keuangan harus mampu mensinkronkan cash inflow dengan cash out flow. Fungsi manager keuangan dalam proses cash inflow adalah memastikan tersedianya kas di perusahaan untuk dapat menunjang operasional perusahaan. Sumber kas pertama yang harus diperhatikan adalah kas internal, kas internal ini harus dipastikan dapat digunakan secara efektif sebagai modal kerja mengingat cost of fund-nya paling murah. Selanjutnya adalah mencari sumber pendanaan dari pihak eksternal dengan mengajukan pinjaman ke bank atau melakukan pendanaan dari pasar modal bilamana memungkinkan. Sumber dana eksternal memiliki cost of fund yang tidak sedikit, oleh karena itu harus dihitung dengan baik, jangan sampai akibat cost of fund yang tinggi menjadikan harga pokok produksi barang dan jasa perusahaan menjadi tidak kompetitif.
Sumber kas yang tidak kalah penting adalah dari pelanggan, hubungan baik dengan pelanggan sebagai mitra strategis perusahaan harus dikelola dengan baik, dan dipastikan bahwa pelanggan mendapatkan keuntungan dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan anda. Harus diingat bahwa dalam berbisnis itu berlaku prinsip simbiosis mutualisme yaitu kerjasama yang saling menguntungkan. Contoh aplikasi cash inflow yang baik dari hubungan baik dengan pelanggan adalah kita mengajukan pembayaran di muka, artinya sebelum barang atau jasa diserahkan kepada pelanggan, pelanggan sudah membayar terlebih dahulu minimal harga pokok produksinya dan kemudian dilunasi pada saat barang atau jasa sudah diserahkan. Praktek ini memiliki cost of fund yang minim tetapi untuk mendapatkan kepercayaan yang seperti ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, artinya perlu adanya konsistensi dan komitmen kerjasama yang baik diantara para pihak. Pertanyaan berikutnya, bilamana pelanggan kita adalah pelanggan individu, kira-kira praktek apa yang bisa dilakukan? Sebenarnya sama saja cuman yang membedakan adalah volume pembeliannya, contoh kasus yang sering kita lihat adalah pelanggan mau melakukan pre-order untuk produk-produk yang spesifik seperti telepon seluler besutan Samsung teranyar adalah sebagai bukti bahwa sepanjang ada kerpercayaan dari pelanggan terhadap kualitas barang dan jasa yang akan diserahkan oleh perusahaan, pelanggan dengan senang hati membayar di muka untuk barang yang baru dipesan. Contoh lain yang efektif adalah memberikan diskon pada saat permintaan menurun untuk menjamin adanya adanya cash inflow minimal dapat menutupi biaya variable pada kondisi sepi dan memberikan diskon untuk pembelian berdasarkan volume tertentu.
Selanjutnya untuk urusan cash out flow, manager keuangan memiliki peranan yang sangat penting untuk melakukan pendekatan kepada supplier untuk mendapatkan term of payment yang lebih lama, misalnya tadinya 30 hari dirubah menjadi 60 hari, artinya penambahan term of payment ini harus dipastikan tetap menguntungkan supplier. Sejatinya praktik ini dapat dilakukan apabila perusahaan anda dapat memberikan komitmen kepada supplier bahwa dengan term of payment yang lebih lama, perusahaan anda akan membeli barangnya dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya, artinya disini berlaku prinsip membeli lebih banyak harga lebih murah, kira-kira demikian. Contoh yang paling bagus untuk kasus ini adalah bagaimana komitmen Lion Air untuk membeli pesawat dalam jumlah ratusan dari Boing dan Airbus, dengan komitment volume pembelian yang banyak, akan terdapat kepastian penjualan dari pihak produsen pesawat, dengan demikian produsen pesawat dapat mempertimbangkan untuk memberikan harga yang lebih murah dan term of payment yang lebih panjang, artinya prinsip yang dikedepankan tetap kerjasama yang saling menguntungkan.
Langkah ketiga yang dapat dilakukan adalah melakukan sinergi dengan para pesaing, kedengarannya aneh bersahabat kok dengan saingan? Dalam kondisi tingkat permintaan menurun, hal yang paling berat adalah bagaimana caranya membayar biaya tetap yang besar. Oleh karena itu, sinergi dengan pesaing dapat dilakukan dengan cara membagi pekerjaan kedalam beberapa sekmen, dan setiap sekmen akan ditangani oleh satu perusahaan yang mana sekmen tersebut merupakan keunggulan mereka. Dengan adanya gabungan dari beberapa perusahaan yang memiliki keunggulan di masing-masing sekmen, biaya operasional akan menurun. Oleh karena perusahaan dapat bekerja lebih efisien, harga jual produksi menjadi kompetitif, sehingga perusahaan bisa mencetak profit dapat yang paling penting operasional perusahaan tetap dapat dipertahankan. Prinsip yang dikedepankan disini adalah “daripada tenggelam secara bersamaan, mendingan kita saling berpegang tangan untuk tetap eksis”, Contoh yang baik dalam kasus ini adalah bagaimana program sinergi diantara sesame BUMN. Memang strategi ini memiliki tantangan yang berat, karena kita harus bersahat dengan lawan, tetapi yang jelas strategi ini bisa dijalankan.
Langkah keempat adalah berpikir bagaimana menciptakan produk baru yang sebelumnya belum terpikirkan oleh orang lain, sebagai contoh dulu tidak terpikirkan bagaimana rapat penting dapat dilakukan secara virtual atau melalui aplikasi zoom atau aplikasi sejenisnya. Dengan fasilitas zoom meeting yang ada sekarang ini, perjalanan bisnis yang melelahkan dari Asia ke Eropa untuk membahas strategi perusahaan tidak perlu lagi dilakukan karena sudah bisa diatas dengan menggunakan zoom meeting, coba hitung berapa efisiensi sumber daya yang dapat dilakukan dengan metode meeting yang baru tersebut. Contoh lain yang dengan masifnya financial technology (fintech), banyak bank yang sudah memikirkan bagaimana cara menyaingi eksistensi fintech tersebut, oleh karena itu BCA melahirkan BCA Digital, dan BRI Digital, yaitu bank yang sebagian besar operasionalnya akan dijalankan secara otomatis dengan menggunakan teknologi informasi. Oleh karena itu, untuk menjamin adanya kinerja yang baik dalam kondisi pandemic covid-19 anda perlu memikirkan bagaimana tim kreatif perusahaan anda dalam memikirkan hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain, dengan demikian anda akan memiliki fleksibilitas untuk tetap tumbuh meskipun dalam kondisi ekonomi terpuruk.
Langkah kelima adalah menjaga spirit dari sumber daya manusia perusahaan anda, tanpa adanya tim yang kompak dalam sebuah perusahaan, perusahaan akan sulit untuk berbenah diri menghadapi perubahan yang semakin hari semakin cepat. Konon katanya 100 tahun yang lalu terjadi juga bencana global yaitu virus spanyol, yang mengakibatkan kematian jutaan orang di seluruh dunia, virus tersebut selanjutnya berhenti dan sekarang timbul virus baru bernama covid-19 yang spektrumnya juga kurang lebih sama. Contoh lain, pada tahun 1998 Asia Tenggara mengalami krisis moneter sebagai akibat terjadinya peningkatan kurs mata uang US Dollar yang mengakibatkan utang luar negeri Indonesia misalnya meningkat berlipat-lipat, selanjutnya pada tahun 2008 terjadi lagi krisis keuangan global yang dimulai di Amerika Serikat sebagai akibat banyak perusahaan keuangan Amerika Serikat yang sudah berumur ratusan tahun bangkrut sekita, ajaib bukan dapaknya?. Namun demikian, dengan adanya tim yang solid dan saling percaya dan punya komitmen untuk tumbuh bersama, segala bentuk cobaan akan menjadi tantangan dan guru yang baik untuk bisa tetap eksis dalam berbisnis.
Sebagai penutup, kondisi bisnis tahun 2020 tidaklah semanis tahun-tahun sebelumnya, hal ini sudah kelihatan dari bocoran beberapa laporan keuangan perusahaan publik besar Indonesia yang masuk dalam LQ-45. Hal ini menjadi indikator kuat, memang sepanjang tahun 2020, banyak perusahaan yang mengalami penurunan omset penjualan dan akibatnya laba perusahaan juga tentu menurun drastic. Namun demikian, sebagai manusia yang cerdas, sekarang anda ditantang untuk dapat eksis tetap dalam berbisnis di tahun 2021 dan tahun-tahun berikutnya dan ingat kata kunci keberhasilan bisnis di masa yang akan datang adalah sinergi denga cara bermitra dengan pesaiang, berpikir out of the box, kerjasama harus saling menguntungkan, selalu berpikir antisipatif untuk menghadapi kondisi yang paling buruk, dan terakhir tetap semangat.